Filosofi Mambangkik Batang Tarandam dalam Visi Misi Epyardi Asda - Jon Firman Pandu
Laporan RIJAL ISLAMY, Solok
Mambangkik Batang Tarandam adalah salah satu peribahasa yang hidup dalam masyarakat Minangkabau. Peribahasa itu bermakna membangkitkan kembali sebuah marwah, kehormatan, kesuksesan, karakter dan kearifan lokal yang telah lama terpendam atau terabaikan karena suatu keadaan. Dalam buku Julius DT Malako Nan Putiah berjudul; Mambangkik Batang Tarandam dalam Upaya Mewariskan dan Melestarikan Adat Minangkabau Menghadapi Modernisasi Kehidupan Bangsa terbitan PT Citra Umbara, Bandung tahun 2007, terdapat deskripsi nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam peribahasa mambangkik batang tarandam.
Dalam pendekatan sosiologis dengan teori refleksi dan metode analisis, hasil penelitian di buku tersebut ditemukan nilai filosofis yang terkandung dalam peribahasa mambangkik batang tarandam adalah semangat untuk terus berbuat kebaikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor penyebab "Batang Tarandam" adalah keegoisan, kekuasaan, dan fitnah. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk Mambangkik Batang Tarandam adalah: berserah diri pada Allah, menjaga sikap, suka menolong, jujur dan amanah, dan arif bijaksana. Untuk mencapai itu, setidaknya dibutuhkan empat poin. Yakni kemampuan, musyawarah, perencanaan, dan pembuktian.
Setelah dilantik oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah sebagai Bupati-Wakil Bupati Solok pada 26 April 2021 lalu, Epyardi Asda - Jon Firman Pandu, melewati sebuah proses fundamental dalam pesta demokrasi Kabupaten Solok. Tampil sebagai pemenang dalam kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 9 Desember 2020, Asda-Pandu melewati dan membuat sebuah dinamika yang begitu kuat di Kabupaten Solok. Perbedaan pilihan di Pilkada, membuat masyarakat terbelah, berbagai sentimen pro kontra, beragam asumsi, rasa persaudaraan yang merenggang, bahkan fitnah berseliweran.
Dalam rekapitulasi yang dilakukan KPU Kabupaten Solok, di Gedung Solok Nan Indah, Arosuka, Kamis (17/12) pasangan nomor urut 02 Epyardi Asda - Jon Firman Pandu meraih suara 59.625 suara. Asda-Pandu unggul 814 suara atau 0,48 persen dari Paslon Nofi Candra-Yulfadri Nurdin yang meraih 58.811 suara. Paslon nomor urut 03, Desra Ediwan Anantanur-Adli memperoleh 28.490 suara. Sementara, Paslon nomor urut 04, Iriadi-Agus Syahdeman yang meraih 22.048 suara. Perbedaan tipis (0,48 persen) ini, berujung ke Mahkamah Konstitusi (MK), yang hasilnya MK memutuskan untuk menguatkan keputusan KPU Kabupaten Solok.
Dalam penyampaian Visi Misi ke KPU Kabupaten Solok sebagai salah syarat pendaftaran Cabup-Cawabup Solok, Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu mengusung Visi: "Mambangkik Batang Tarandam, Menjadikan Kabupaten Solok Terbaik di Sumatera Barat". Visi ini diterjemahkan dalam bentuk 6 Misi, yakni: 1. Pengelolaan anggaran berbasis kebutuhan masyarakat. 2. Peningkatan infrastruktur yang berkeadilan. 3. Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui sektor pertanian, UMKM, Perdagangan dan Pariwisata. 4. Mewujudkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan yang baik dan bersih serta Transparansi Keuangan. 5. Pembangunan Sumber Daya Manusia melalui sektor kesehatan dan pendidikan. 6. Meningkatkan tatanan hidup masyarakat berlandaskan Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Pengalaman hidup dan karier politik Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu, ternyata tidak serta merta membuat segalanya menjadi mudah dalam perjalananan pemerintahan. Asda-Pandu dihadapkan pada persoalan klasik, birokrasi yang butuh proses. Sementara, baik Epyardi Asda maupun Jon Firman Pandu, sama sekali tidak memiliki latar belakang pemerintahan. Keduanya berlatar belakang pengusaha, yang pola dan alur kerjanya berorientasi hasil, bukan orientasi proses birokratis. Epyardi Asda ingin segala urusan serba kilat, namun birokrasi tetap ada proses yang harus dilalui, terkadang butuh waktu.
Sehingga, dalam perjalananannya, Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu dihadapkan pada sejumlah masalah yang berujung pada sejumlah konflik yang meruncing. Yang paling terlihat adalah adanya miskomunikasi dengan jajaran, baik di internal, horizontal maupun vertikal. Sehingga aparatur dinilai gagal dalam menerjemahkan keinginan kepala daerah. Padahal, jauh-jauh hari Asda-Pandu telah menegaskan bahwa mereka telah mewakafkan diri ke masyarakat Kabupaten Solok. Hidup Epyardi yang sudah mapan, memiliki koneksi luas hingga ke tingkat pusat dan kisah hidupnya yang berjuang dari nol, yang semestinya menjadi sumber inspirasi, ditambah sosok Jon Pandu sebagai anak muda, seharusnya perjalanan pemerintahan berlangsung nyaman.
Dinamika politik yang tak kunjung padam, akhirnya mengarahkan Epyardi dan Jon Pandu ada konflik dan perpecahan. Sehingga, keduanya merenggang dan berseminya konflik dengan berbagai kepentingan. Konflik dengan sejumlah Anggota DPRD, dengan sejumlah kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Pemkab Solok, bahkan dengan masyarakat.
Meski, dengan badai menerpa pemerintahan yang satu-persatu mulai bisa diatasi dan dicarikan solusi, namun Epyardi dan Jon Firman Pandu, tentu saja tak nyaman dalam bekerja. Komitmen Epyardi untuk mengubah budaya dan kebiasaan birokrasi dalam pengabdiannya ke masyarakat ternyata butuh proses. Bukan seperti membalikkan telapak tangan.
Meski kerangka dasarnya sudah ada, Epyardi Asda dan Jon Pandu tetap butuh orang-orang yang kompeten, satu visi, dan memiliki komitmen mengabdi ke masyarakat. Disinilah filosofi "Mambangkik Batang Tarandam", bangkit bersama-sama dalam mengejar ketertinggalan dan mengembalikan marwah Kabupaten Solok dalam berbagai aspek. Butuh kerja keras, kerja sama dan kerja cerdas dari seluruh elemen.
"Saya tidak bisa sendiri saja membangun Kabupaten Solok. Saya membutuhkan bantuan dan dukungan dari semua lini masyarakat. Sehingga dapat terwujud melalui jargon "Mambangkik Batang Tarandam, menjadi Kabupaten Solok Terbaik di Sumatera Barat" dan bangkit dari keterpurukan," ungkap Epyardi.
Apa yang Sudah Dicapai?
Di tahun pertama kepemimpinannya, Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu, setidaknya telah meletakkan pondasi kebijakan. Meski terus dihantam badai, penyelenggaraan pemerintahan tetap berhalan. Bahkan, bekerja dalam situasi sulit saat ini, justru memicu semangat untuk bekerja lurus. Sejumlah kepala OPD dan ASN yang memilih "lari" ke daerah lain, "memaksa" Epyardi mencari atau menumbuhkan pengganti yang sepadan, memiliki kompetensi setara, serta mengembalikan dan membuktikan citra, bahwa Kabupaten Solok adalah kawah candra dimuka birokrat-birokrat ulung di Sumatera Barat.
Secara bertahap, di bawah kepemimpinan keduanya, beragam pencapaian yang diraih Kabupaten Solok dalam program-program prioritas yang dijalankan selama satu tahun tersebut. Persoalan geografis Kabupaten Solok yang masih belum memiliki akses yang memadai, dicarikan solusi dengan pengadaan alat berat. Keterbatasan pemasaran hasil bumi, dicarikan solusi dengan kerja sama pemasaran dengan sejumlah daerah seperti Jakarta dan Pekanbaru.
Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) tingkat nagari, yang selama ini dinilai hanya sekadar seremonial, ternyata bagi Epyardi menjadi prioritas utama. Dalam menyusun perencanaan dan penganggaran langsung melibatkan seluruh SKPD terkait, DPRD, dan stakeholder dari nagari, sehingga usulan dari Musrenbang nagari menjadi gambaran dari kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya. Epyardi berulangkali menegaskan dirinya ingin membangun Kabupaten Solok dengan sistem "mambasuik dari bumi", yakni membangun dari nagari-nagari.
"Dengan pelaksanan pengelolaan anggaran berbasis kebutuhan rakyat, terutama rakyat dari pemerintahan terendah di tingkat nagari. Insyaallah, tidak akan ada lagi anggaran yang dititipkan ataupun anggaran-anggaran siluman yang akan menggerogoti APBD Kabupaten Solok untuk kepentingan tertentu. Semua anggaran ini untuk kemajuan Kabupaten Solok ke depannya," ungkap Epyardi Asda pada setiap Musrenbang tingkat Kecamatan yang dihadirinya.
Peningkatan infrastruktur yang berkeadilan, dijelaskan Pembangunan infrastruktur yang merata disetiap wilayah Kabupaten Solok yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi geografis dari masing-masing nagari.
Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui sektor Pertanian, UMKM, Perdagangan dan Pariwisata dilakukan dengan meningkatkan sektor pertanian yang komprehensif dari hulu ke hilir dengan pembibitan bibit unggul sesuai dengan potensi masing-masing daerah dan mengoptimalkan peran UMKM dan BUMD dalam pengelolaan dan pemasarannya. Optimalisasi pengelolaan dan pengembangan sektor pariwisata sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Mewujudkan penyelenggaraan Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, dijabarkan dengan peningkatan pelaksanakan reformasi birokrasi dalam pelayanan publik, manajemen kepegawaian, pengelolaan keuangan yang transparan, aspiratif dan akuntabiltas.
Pembangunan Sumber Daya Manusia melalui sektor kesehatan dan pendidikan yang mampu berdaya saing dalam menjawab tantangan perkembangan jaman melalui peningkatan kualitas kesehatan dan peningkatan mutu pendidikan formal dan informal.
Kemudian, meningkatkan tatanan hidup masyarakat berlandaskan Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Hal ini guna menfasilitasi dan meningkatkan peran pemerintah daerah dalam sektor agama dan budaya melalui peningkatan peran Tungku Tigo Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin.
Epyardi juga berharap, ke depannya pemerintah dan masyarakat senantiasa bersinergi, tetap optimistis dan berkolaborasi, mempersempit perbedaan-perbedaan dalam menghadapi tantangan. Ayah dari Anggota DPR RI dari PAN Athari Gauthi Ardi itu juga mengungkapkan, semangat membangun Kabupaten Solok tidak akan kendor.
"Banyak hal yang ke depannya akan kami kerjakan, sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat selama ini bisa segera terwujud. Meski berbagai badai dan tantangan serta permasalahan terus menghadang, namun kita adalah orang Kabupaten Solok. Kabupaten yang terkenal tangguh, memiliki kemampuan untuk selalu bangkit. Mari kita jaga optimisme untuk senantiasa menjadi orang-orang terbaik. Tidak hanya terbaik di Sumbar, tapi juga di tingkat nasional, bahkan hingga internasional," ungkapnya. (***)
Masuk Untuk Meninggalkan Komentar