Surabaya, PATRON.CO.ID - Pelaksanaan Rakerda Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Timur memunculkan sejumlah nama Capres 2024. Dari hasil rakerda tersebut, ada lima nama yang diusulkan menggantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai petinggi di republik ini.
Lima nama tersebut yaitu Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Menteri BUMN Erick Tohir, Gubernur Jatim Khofifah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.
Dari lima nama tersebut, nama Ganjar Pranowo menjadi idola karena diusung oleh dua Parpol sekaligus, yakni NasDem dan PAN. Padahal, Ganjar adalah kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Dengan mencuatnya nama Ganjar dalam Rakerda PAN tersebut, bakal menimbulkan polemik dan kegaduhan di tubuh partai berlambang banteng moncong putih tersebut. Bagaimana tidak, perang dingin antara Surya Paloh dan Megawati Soekarnoputri tak terelakkan kala NasDem mengumumkan Ganjar sebagai Capres. Kini, perang dingin tersebut dilakukan oleh PAN terhadap PDI-P.
Selain mengusung Ganjar, dalam Rakerda PAN tersebut nama Airlangga Hartanto tak muncul. Padahal, PAN merupakan anggota dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama-sama dengan Partai Golkar dan PPP.
Pengamat politik Universitas Jayabaya dan Director Survey & Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara mengatakan, tak ada nama Airlangga Hartanto tersebut menimbulkan banyak presepsi.
"Apa ini indikasi Kader PAN di Jawa Timur tidak memperhitungkan nama Airlangga sebagai Capres. Suatu hal yang patut dipertanyakan," terang Igor kepada wartawan, Jumat (8/7/2022).
Selain itu, persepsi yang juga bisa berkembang adalah persoalan komunikasi antar parpol KIB di Jawa Timur. Menurutnya sebagai koalisi yang dibentuk untuk menghadapi pemilu 2024, parpol dalam koalisi semestinya punya hubungan simbiosis mutualisme, atau saming menguntungkan.
"Koalisi itu harus simbiosis mutualisme antar parpol di dalamnya. Tiap partai di dalamnya tentu saling mengetahui kepentingan di dalamnya. Masyarakat bisa bertanya apakah KIB di Jatim ini solid?,” ucap dia.
Kendati demikian. Igor menyebut kancah perpolitikan tanah air jelang Pilpres 2024 masih sangat dinamis. Komposisi dari koalisi apapun juga masih mungkin berubah.
"Tentu, masih sangat memungkinkan terjadinya berbagai perubahan. Komposisinya pun bisa bertambah atau berkurang. Indikator yang penting dalam koalisi adalah terakomodasinya kepentingan tiap partai," ujarnya. (*/PN-001)
Sumber: tribunnews.com
Masuk Untuk Meninggalkan Komentar